Beranda | Artikel
Khutbah Jumat Ramadhan: Allah Tidak Menghendaki Kesulitan Bagi Umat Islam
Sabtu, 18 Mei 2019

Khutbah Jumat Ramadhan: Allah Tidak Menghendaki Kesulitan Bagi Umat Islam ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at,  12 Ramadhan 1440 H / 17 Mei 2019 M.

Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Ramadhan: Allah Tidak Menghendaki Kesulitan Bagi Umat Islam

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan kepada kita puasa Ramadhan dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita banyak kemudahan demi kemudahan. Ketika Allah menyebutkan tentang puasa Ramadhan, Allah menyebutkan:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Puasa Ramadhan yang diturunkan padanya Al-Qur’an sebagai hidayah untuk manusia dan sebagai penjelas dari hidayah. Demikian pula sebagai pemisah antara yang hak dan yang batil.

فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Siapa yang melihat bulan Ramadhan (hilal), hendaklah ia berpuasa.

وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

Dan siapa yang sakit atau ia sedang safar (bepergian jauh) namun ia tidak berpuasa, maka hendaklah ia ganti dengan hari-hari yang lain.

Kemudian Allah mengatakan:

يُرِيدُ اللَّـهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menginginkan untuk kalian kemudahan dan Allah tidak menginginkan untuk kalian kesusahan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)

Subhanallah.. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menginginkan kesulitan bagi kita umat Islam. Dan Allah tidak pernah menjadikan agama ini sesuatu yang menyulitkan. Allah berfirman:

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ

Dan tidaklah Allah jadikan untuk kalian dalam agama ini sesuatu yang menyusahkan.” (QS. Al-Hajj[22]: 78)

Maka dari itulah, saudaraku..

Islam adalah agama yang memberikan kemudahan kepada pemeluknya, tidak memberikan kesusahan dan kesulitan. Namun bukan artinya kemudahan di sini disesuaikan dengan selera manusia. Akan tetapi kemudahan di sini tentu sesuai yang Allah syariatkan kepada hamba-hambaNya.

Lihatlah di bulan Ramadhan ini, betapa Allah berikan kemudahan kepada kita berpuasa di bulan Ramadhan. Allah wajibkan hanya dari semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari. Bandingkan dengan puasa orang-orang sebelum kita. Puasa orang-orang sebelum kita itu 24 jam, dari maghrib sampai maghrib kembali, sementara untuk umat Islam Allah berikan kemudahan kepada kita hanya dimulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Bukankah ini sebuah kemudahan? Alhamdulillah untuk kita umat Islam. Sementara dimalam hari kita dibebaskan untuk makan dan minum, dipersilahkan kita mempergauli istri dan yang lainnya.

Subhanallah.. Demikian pula ketika ada sesuatu yang menyulitkan, Allah lebih lagi memberikan kemudahan. Allah mengatakan bahwa siapa di antara kalian yang sakit atau ia berpergian jauh dan ternyata ia tidak berpuasa, hendaklah ia mengganti di hari-hari yang lain. Allah memberikan keringanan kepada orang yang sakit, Allah memberikan keringanan kepada orang yang sedang safar (bepergian jauh) untuk tidak berpuasa. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan keringanan lagi.

Memang demikianlah agama kita Islam.

Islam adalah agama yang mudah. Dan disaat muncul kesulitan, lebih diberikan kemudahan lagi. Oleh karena itu para ulama ushul fiqih memberikan sebuah kaidah, mengambil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu:

المشقة تجلب التيسير

Sesuatu yang menyulitkan itu mendatangkan kemudahan.”

Maka Subhanallah, agama ini mudah, maka jangan disulit-sulitkan lagi. Agama ini mudah, maka orang yang menyulitkan itu hakikatnya adalah menyulitkan ajaran Islam ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الدِّينَ يُسْر، وَلَنْ يَشادَّ الدينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ

“Agama ini mudah dan tidak ada yang menyusahkannya kecuali ia akan kalah.” (HR. Bukhari)

Artinya orang yang melaksanakan ajaran agama ini melebihi batasan-batasan syariat dan kemampuannya menyebabkan ia akan kalah, cepat futur, cepat lemah, sehingga akhirnya kemudian ia malah meninggalkan amalan tersebut. Maka Subhanallah, kalau kita perhatikan semua yang Rasulullah contohkan kepada umatnya, semuanya mudah.

Lihatlah bagaimana tata cara shalat Rasulullah yang sangat mudah, lihatlah bagaimana tata cara puasa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bagaimana Rasulullah memberikan kepada kita dan mensyariatkan zakat? Bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mensyariatkan ibadah dan ibadah? Semuanya diberikan kemudahan kepada umat Islam. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat khawatir memberatkan umat Islam. Rasulullah bersabda:

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلىَ أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ باِلسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَّلاَةٍ

“Kalau bukan karena aku khawatir akan memberatkan umatku, aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak shalat” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga shalat berjamaah shalat tarawih selama tiga malam, kemudian dimalam yang keempat para Sahabat telah berkumpul, mereka hendak shalat berjamaah bersama Rasulullah shalat tarawih, ternyata dimalam itu Rasulullah sengaja tidak mau keluar. Ternyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam khawatir shalat tarawih diwajibkan kepada umatnya. Hal ini karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat khawatir memberatkan umatnya, karena Rasulullah sangat sayang kepada umatnya sebagaimana Allah berfirman:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢٨﴾

“Sungguh telah datang kepada kalian Rasul dari diri kalian yang merasa berat terhadap apa yang menimpa kalian, yang sangat semangat memberikan hidayah kepada kalian, dan kepada kaum Mukminin lembut dan kasih sayang.” (QS. At-Taubah[9]: 128)

Ummatal Islam,

Kemudahan Islam ini adalah merupakan anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita, umat Islam. Karena sesungguhnya ibadah-ibadah yang Allah syariatkan kepada umat Islam ini adalah merupakan ibadah yang sangat agung dan mulia. Akan tetapi Allah tidak ingin menjadikan hamba-hambaNya berat. Maka Allah memberikan sebuah kaidah yang agung kepada kita. Bahwasanya ibadah itu pada asalnya tidak boleh dilakukan, sampai ada dalil yang memerintahkan. Karena ibadah itu beban, sedangkan beban itu sesuatu yang tentunya memberatkan kehidupan manusia. Maka pada asalnya ibadah itu tidak boleh dilakukan sampai ada perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka ia tertolak.” (HR. Muslim)

Baca: Hadits Arbain Ke 5 – Hadits Tentang Bid’ah

Sementara masalah dunia, karena itu merupakan kesenangan manusia dan kita semuanya, maka Allah berikan sebuah kaidah kepada kita bahwa pada asalnya itu halal dan boleh dinikmati. Sebagaimana Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا

Dialah Allah yang telah menciptakan untuk kalian apa yang ada di muka bumi ini semuanya.” (QS. Al-Baqarah[2]: 29)

Ayat ini dijadikan dalil oleh para ulama ahli Ushul Fiqh bahwasanya perkara yang berhubungan dengan masalah dunia pada asalnya halal, tidak boleh diharamkan kecuali ada dalil dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya. Sedangkan masalah ibadah, karena itu beban terhadap kehidupan hamba, maka tidak boleh diamalkan dulu sampai ada perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan Allah dan RasulNya mencela orang yang menambah-nambah ibadah yang tidak pernah disyariatkan. Allah dan RasulNya bahkan melarang umat Islam untuk membuat yang disebut dengan bid’ah. Karena bid’ah itu hakikatnya mensyariatkan sesuatu yang tidak disyariatkan oleh Allah dan RasulNya. Dan bid’ah itu tentu memberatkan umat Islam. Karena itu tidak disyariatkan Allah dan RasulNya.

Maka kewajiban kita, saudaraku.. Jalankanlah, ikutilah yang telah dititahkan oleh Allah dan RasulNya serta apa yang dipahami dan diamalkan oleh para Sahabatnya. Sebagaimana yang disebutkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau berkata:

اتَّبِعُوا وَلاَ تَبْتَدِعُوا ؛ فَقَدْ كُفِيتُمْ

“Ikuti saja dan jangan membuat-buat yang baru lagi, karena kalian telah dicukupi.”

Semua kita sudah dicukupi oleh mereka; Rasulullah dan para Sahabatnya. Tidak ada satupun kebaikan kecuali telah Rasulullah sudah sampaikan kepada kita, tidak ada satupun keburukan kecuali Allah sudah peringatkan dari kita. Semua itu sudah dicukupi oleh para Sahabatnya. Kewajiban kita mempelajari dan mengikutinya dan tidak perlu lagi kita untuk membuat perkara yang baru lagi dalam agama ini.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah kedua – Khutbah Jumat Ramadhan: Allah Tidak Menghendaki Kesulitan Bagi Umat Islam

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Dan ucapan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tadi:

يُرِيدُ اللَّـهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menginginkan dari kalian kesulitan.”

Hal ini bukan berarti kemudian kemudahan itu disesuaikan dengan selera dan hawa nafsu kita. Sebab selera dan hawa nafsu manusia pada hakikatnya selalu condong kepada keburukan. Sebagaimana Allah berfirman:

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ

Sesungguhnya hawa nafsu selalu menyuruh kepada keburukan.” (QS. Yusuf[12]: 53)

Maka dari itulah, saudaraku, jangan jadikan parameter kemudahan itu adalah sesuai dengan selera dan hawa nafsu kita. Akan tetapi tentunya sesuai dengan syariat yang Allah syariatkan kepada kita. Kecuali bagi mereka yang mempunyai hati yang bening, yang hatinya senantiasa mengharapkan ridha Allah, maka disaat itu hati tersebut akan bisa merasakan kebenaran. Sebagaimana ada seorang Sahabat datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya tentang kebaikan. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ

“Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada hatimu (3x), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (HR. Ahmad)

Para ulama ketika mensyarah hadits ini mengatakan bahwa ini khusus bagi mereka yang hatinya seperti hati para Sahabat. Yang hatinya sehat dan bisa merasakan kebenaran dan dosa. Yang hatinya penuh dengan keimanan. Karena hati seperti ini bisa merasakan dosa yang masuk ke dalam hatinya. Maka ketika hati seorang hamba bening, ia akan bisa merasakan kebenaran dan kebatilan itu.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اللهم تقبل صيامنا وقيامنا و جميعا عباره يا رب العالمين

اللهم اصلح ولاه امور المسلمين في هذا البلد وفي سائر بلاد المسلمين يا رب العالمين اللهم انصر المسلمين في كل مكان يا رب العالمين اللهم واتوب علينا انك انت التواب الرحيم

عباد الله:

Download Khutbah Jumat Ramadhan: Allah Tidak Menghendaki Kesulitan Bagi Umat Islam

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau Google+ Anda. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47154-khutbah-jumat-ramadhan-allah-tidak-menghendaki-kesulitan-bagi-umat-islam/